Jakarta Tenggelam

Jakarta Tenggelam

Menurut para ahli, Jakarta diprediksi akan tenggelam pada tahun 2050. Peneliti utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam seminarnya, memaparkan hasil simulasi kenaikan muka air laut dan dampaknya terhadap Jakarta, yaitu seluas 160,4 km2 (24,3 %). Bahkan Presiden USA, Joe Biden, dalam pidatonya di Kantor Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat pada 27 Juli 2021, memperkirakan bahwa Jakarta akan tenggelam 10 tahun lagi berdasarkan penelitian perubahan iklim dan pemanasan global. Namun, menurut Anies Baswedan, perkataan Joe Biden memiliki makna yang luas dan tidak dapat diartikan secara harfiah. Beliau beranggapan bahwa perkataan Joe Biden merupakan pesan dari Presiden Amerika untuk mengajak semua orang mengurangi emisi karbon dan untuk mengambil bagian dalam mengurangi pemanasan global (Assifa, 2021).

Prediksi seperti ini sudah ada sejak lama, melihat kenaikan permukaan air laut dan permukaan tanah yang semakin menurun di Jakarta.  Bahkan di beberapa bagian Jakarta Utara yang sangat rentan terhadap banjir, tanahnya telah tenggelam setinggi 2,5 meter dalam 10 tahun (Lin & Hidayat, 2018). Daerah Muara Baru diprediksi akan menjadi laut lepas pada tahun 2050 dengan kedalaman 4,6 meter jika tidak ada intervensi apapun dari pemerintah. Tidak hanya daerah Muara Baru, tujuh wilayah lainnya yang berada di pesisir Jakarta juga diprediksi terancam tenggelam pada tahun 2050. Daerah tersebut adalah Kamal Muara, Tanjungan, Pluit, Gunung Sahari, Ancol, Marunda, dan Cilincing (Wiryono, 2021).

Penyebab

Hal ini tentunya tidak terjadi begitu saja, melainkan ada banyak faktor yang dapat menyebabkan tenggelamnya Jakarta. Eksploitasi air tanah yang berlebihan, pembangunan yang masif, wilayah Jakarta yang berada di dekat laut dan dialiri 13 sungai, kurangnya daerah resapan air, serta perubahan iklim menjadi faktor yang mendorong tenggelamnya Jakarta. Masalah penurunan muka tanah sebenarnya sudah ada sejak terbitnya Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 1998. Peraturan daerah yang mengatur pajak pemanfaatan air tanah di Jakarta tersebut dikatakan mampu memperlambat penurunan air tanah dari 20 cm per tahun menjadi 5 cm per tahun (Wiryono, 2021).

Dampak

Penurunan muka tanah memiliki dampak langsung di sekitar wilayah terdampak, seperti menyebabkan banjir dan rob (tidal flooding) di daerah pantai (coastal zone), kerusakan pada gedung, rumah, serta infrastruktur seperti jembatan dan jalan, bahkan dapat menyebabkan ledakan pipa gas. Penurunan muka tanah juga mempunyai implikasi terhadap kehidupan sosial seperti berkurangnya kualitas hidup dan lingkungan (kondisi sanitasi dan kesehatan) di wilayah terdampak (Gumilar et al., 2010).

Solusi

Salah satu solusi yang dikerahkan pemerintah untuk mencegah tenggelamnya Jakarta adalah dengan membangun tanggul laut raksasa sepanjang 35 km, diproyeksikan rampung 2025 yang disebut proyek Great Garuda. Namun, Heri Andreas, dosen dan peneliti dari Institut Teknologi Bandung, berpendapat bahwa proyek ini hanya dapat berguna dalam jangka pendek. Hiroshi Takagi dari Tokyo Institute of Technology, dalam hasil surveinya menyimpulkan proyek ini dinilai tidak efektif untuk menyelesaikan permasalahan banjir rob di Jakarta. Menurutnya, tanpa ada usaha menghentikan penurunan muka tanah, pembangunan tanggul laut raksasa yang diprediksi berbiaya Rp 500 triliun akan sia-sia. Pemerintah harus lebih berfokus pada manajemen air dengan menyediakan opsi sumber air alternatif selain air tanah dan membatasi penggunaan air tanah (Zuhra, 2020).

Referensi

Assifa, Z. (2021) Eksploitasi Air Tanah dan Prediksi Jakarta Tenggelam 10 Tahun Lagi Halaman all – Kompas.com (2021). Available at: https://www.kompas.com/wiken/read/2021/10/09/083358281/ekspolitasi-air-tanah-dan-prediksi-jakarta-tenggelam-10-tahun-lagi?page=all (Accessed: 14 October 2021).

Gumilar, I. et al. (2010) ‘TANAH, STUDI POTENSI KERUGIAN EKONOMI (ECONOMIC LOSSES) AKIBAT PENURUNAN MUKA TANAH (Studi kasus : Wilayah Jakarta, Bandung dan Semarang)’. Available at: http://eprints.undip.ac.id/21585/1/23.pdf.

LAPAN (2020) Laporan kemajuan Hasil pemantauan penurunan muka tanah (land subsidence) di beberapa kota besar di Pulau Jawa berdasarkan data satelit penginderaan jauh. Available at: http://pusfatja.lapan.go.id:8001/uploads/pdf-files/publikasi/land_subsidence/Laporan_hasil_pemantauan_land_subsidence_beberapa_kota_besar_di_Pulau_Jawa_(Sep_2020)_20201003.pdf.

Lin, M. M. and Hidayat, R. (2018) Jakarta, the fastest-sinking city in the world – BBC News. Available at: https://www.bbc.com/news/world-asia-44636934 (Accessed: 14 October 2021).

Prevent Jakarta From Sinking by Curbing Land Subsidence Rate: Expert – Tempo.co (2021). Available at: https://en.tempo.co/read/1514410/prevent-jakarta-from-sinking-by-curbing-land-subsidence-rate-expert

Why Jakarta is the fastest sinking city in the world – CNA (2020). Available at: https://www.channelnewsasia.com/cnainsider/why-jakarta-is-world-fastest-sinking-city-floods-climate-change-781491 (Accessed: 14 October 2021).

Wiryono, S., (2021). Hadapi Ancaman Nyata Jakarta Tenggelam, Apa Kata Anies Halaman all – Kompas.com. [online] KOMPAS.com. Available at: <https://megapolitan.kompas.com/read/2021/10/12/07213471/hadapi-ancaman-nyata-jakarta-tenggelam-apa-kata-anies?page=all> [Accessed 14 October 2021].

Zuhra, W. U. N. (2020) Masalah Usang dan Runyam Penurunan Muka Tanah Jakarta. Available at: https://tirto.id/masalah-usang-dan-runyam-penurunan-muka-tanah-jakarta-fKwS (Accessed: 14 October 2021).

No Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *