Krisis Air Bersih

Krisis Air Bersih

Peran Air Untuk Kehidupan

Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital dan diperlukan untuk menentukan keberlanjutan kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi ini (Mawardi, 2014). Dalam segala macam kegiatan manusia, air merupakan kebutuhan pokok untuk melangsungkan berbagai kegiatan, seperti keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, mencuci, keperluan industri, keperluan perdagangan, keperluan pertanian dan peternakan, keperluan pelayaran dan lain sebagainya. Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini (Ambarwati, 2014).

Data Konsumsi Air 

Menurut (Rustan, dkk., 2019) kebutuhan air merupakan jumlah air yang cukup dibutuhkan untuk kebutuhan dasar manusia dan kegiatannya lainnya yang memerlukan air. Sedangkan pemakaian air adalah jumlah air yang digunakan dari sistem yang ada bagaimanapun keadaannya. Pemakaian air bersih menurut Departemen Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kebutuhan Air Departemen Pekerjaan Umum

KeperluanKonsumsi (Liter/Orang/Hari)
Mandi, cuci, kakus12,0
Minum2,0
Cuci pakaian10,7
Kebersihan rumah31,4
Taman11,8
Cuci kendaraan21,1
Wudhu16,2
Lain-lain21,7
Jumlah126,9
Sumber: Slamet, 1994 dalam Rustan, dkk., 2019

Ciri Air Bersih dan Layak Minum

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan Standar Air Bersih pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solusi Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Air yang sesuai untuk kebutuhan sanitasi yaitu air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh atau memiliki tingkat kekeruhan yang rendah. Selain itu, air tersebut juga tidak mengandung bakteri E. coli serta mengandung kadar kimiawi yang rendah, seperti PH, zat besi, deterjen, sianida, pestisida, timbal, seng, dan lain-lain. Adapun standar air bersih untuk minum yaitu seharusnya terlindung dari sumber pencemaran, binatang yang membawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan hewan atau bakteri. Secara fisik air bersih untuk layak minum yaitu tidak berbau, warnanya jernih, rasanya tawar, dan tidak terpapar secara langsung dengan sinar matahari atau memiliki suhu sejuk sekitar 10–25 derajat Celcius, dan tidak memiliki endapan di bagian bawah air (Safitri, 2020).

Pengelolaan Air di Indonesia Secara Umum

Menurut (Kadek, dkk., 2010) pengolahan air bersih merupakan suatu upaya teknis yang dilakukan untuk melindungi sumber daya air dengan meningkatkan kualitas mutu asal air sampai menjadi mutu yang diinginkan dengan tujuan agar lebih aman dipergunakan oleh masyarakat. Menurut (Fitria, 2015) secara umum, proses pengolahan air lengkap dengan sumber air baku yang berasal dari air permukaan adalah sebagai berikut.

  1. Bangunan Penangkap Air (Intake)
Intake merupakan tempat pengumpul air baku dari suatu sumber yang kemudian air tersebut dikumpulkan dalam suatu wadah untuk selanjutnya diolah.
  1. Pra-sedimentasi
Bangunan prasedimentasi merupakan tempat penampungan air baku dari air permukaan yang bertujuan untuk menangkap benda kasar yang mudah mengendap yang terkandung dalam air baku seperti pasir atau partikel diskrit dan lainnya yang tidak tersaring pada screen.
  1. Proses Koagulasi
Proses koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel koloid. Pada pengolahan koagulasi terjadi pengadukan cepat (flash mixing) antara koagulan dan air dengan tujuan pencampuran tersebut dapat terjadi dengan sempurna dan merata.
  1. Proses Flokulasi
Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi.
  1. Proses Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pengendapan massa flok yang telah terbentuk pada proses flokulasi.
  1. Proses Filtrasi
Filtrasi dalam sistem pengolahan air bersih atau minum merupakan proses menghilangkan flok-flok halus yang lolos dari unit sedimentasi, dimana flok-flok tersebut akan tertahan pada media penyaring saat air melewati media tersebut.
  1. Proses Desinfeksi
Desinfeksi air minum bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang terdapat di dalam air. Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pemanasan, penyinaran dengan sinar UV, ion-ion logam antara lain dengan copper dan silver, asam atau basa, senyawa-senyawa kimia, dan chlorinasi.
  1. Reservoir
Reservoir merupakan tempat penampungan air minum sebelum dilakukan pendistribusian ke masyarakat yang terletak di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah

Kondisi Krisis Air Saat Ini

Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 2019 mencatat bahwa 2,2 miliar orang atau seperempat populasi dunia masih kekurangan air minum yang aman dikonsumsi. Sementara itu, 4,2 miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang aman dan 3 miliar tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar. Adapun menurut laporan Bappenas, ketersediaan air di sebagian besar wilayah Pulau Jawa dan Bali saat ini sudah tergolong langka hingga kritis. Sementara itu, ketersediaan air di Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan diproyeksikan akan menjadi langka atau kritis pada tahun 2045. Kelangkaan air bersih juga berlaku untuk air minum. Menurut RPJMN 2020-2024, hanya 6,87 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum aman. Adapun berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 dari BPS juga menunjukkan ada sebesar 90,21 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum layak, meskipun distribusinya tidak merata (Iswara, 2021).

Penyebab Krisis Air Bersih

Menurut Bappenas, kerusakan hutan akan menjadi pemicu terjadinya kelangkaan air baku, terutama untuk pulau-pulau yang tutupan hutannya sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Menurut Bappenas pula, tutupan hutan akan semakin berkurang, yakni dari sebanyak 50 persen dari luas lahan total Indonesia (188 juta hektar) di tahun 2017, menjadi hanya sekitar 38 persen di tahun 2045. Bertambahnya populasi di Indonesia juga menjadi beban baru dalam penyediaan air bagi masyarakat Tanah Air. Menurut Sensus Penduduk 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Indonesia berjumlah 270,21 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sebanyak 32,56 juta jiwa dibandingkan dengan hasil sensus pada 2010 (Iswara, 2021). Penyebab krisis air lainnya yaitu pengambilan air tanah secara berlebihan, tingginya tingkat pencemaran terhadap sumber-sumber air, adanya konflik kepentingan ekonomi yang didukung oleh kebijakan yang kurang tepat, serta perusakan lingkungan dan sumber-sumber mata air (Adlina, S., 2011).

Dampak Krisis Air Bersih

Krisis air sudah sering melanda beberapa daerah, sehingga kebutuhan air penduduk untuk keperluan rumah tangga, pertanian dan kebutuhan dasar lainnya tidak tercukupi. Dampak langsung dari kurangnya kebutuhan air antara lain yaitu terjadinya gagal bercocok tanam dan panen yang menyebabkan terganggunya persediaan bahan pangan, sanitasi yang buruk dan kelaparan yang berdampak pada munculnya penyakit akibat kurang pangan dan gizi buruk. Erat kaitannya dengan krisis air dan pangan ini adalah sanitasi buruk yang juga menjadi masalah bagi sekitar 2,0 miliar penduduk dunia. Banyak penyakit akibat krisis air dan sanitasi yang buruk, seperti penyakit akibat kelaparan, kekurangan gizi, kolera, tifus, dan disentri yang hingga saat ini masih merupakan ancaman bagi sebagian penduduk dunia. Berdasarkan laporan oleh FAO (2000), sekitar 2,0 juta orang yang kebanyakan adalah anak-anak yang berasal dari beberapa negara miskin dan berkembang, meninggal setiap tahunnya karena beberapa penyakit tersebut dan akibat kelangkaan air dan kelaparan. Krisis air juga dapat mengganggu perekonomian daerah maupun nasional (Mawardi, M., 2017).

Upaya Menjaga dan Melestarikan Ketersediaan Air Bersih

Menurut (Helmi, 2021) keberadaan air bersih sangat sulit dijumpai terjadi akibat banyaknya masyarakat yang membuang sampah di sumber mata air, aliran air, dan tampungan air yang dapat membuat air menjadi tercemar. Air yang tercemar akan mengakibatkan timbulnya penyakit bagi makhluk hidup, kepunahan spesies, maupun timbulnya berbagai macam bencana alam. Sehingga kehidupan ekosistem makhluk hidup dibumi menjadi terganggu dan rusak. Untuk itu dibutuhkan salah satu penjagaan dan pengelolaan salah satu sumber daya alam air. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan ketersediaan air bersih:

  1. Melaksanakan program hemat air di lingkungan sekitar agar penggunaan air tetap efisien dan menjaga ketersediaan sumber daya air.
  2. Membuat penampungan air seperti waduk, dam, dan embung agar dapat menjaga keberadaan air untuk memenuhi kebutuhan hidup.
  3. Menciptakan teknologi yang dapat mendaur ulang air.
  4. Menampung dan mengelola limbah pabrik maupun domestik.
  5. Tidak membuang sampah atau limbah di sungai.
  6. Konservasi pada sumber mata air yaitu upaya mengelola sumber daya air yang dilakukan secara bijak dengan memperhatikan manfaat yang didapat serta mempertahankan komponen penyusunnya agar keberadaannya tetap ada yang dapat dinikmati di masa mendatang.

Referensi:

Adlina, S. (2011). Identifikasi Usaha Konservasi Air Tanah Pada Kelurahan Bekasi Jaya Kecamatan Bekasi Timur. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, 1(1), 24. https://doi.org/10.36722/sst.v1i1.15

Ambarwati, R. D. (2014). Manfaat air bagi kehidupan manusia. Artikel Lingkungan Hidup, 4(2), 1–6.

Fitria, S., 2015. Gambaran Proses Pengolahan Air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirta Sanjung Buana Kabupaten Sijunjung Tahun 2015 | Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang. [online] Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang. Available at: <http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2691&keywords=> [Accessed 11 September 2021].

Helmi, R., 2021. Kebutuhan Air Berkelanjutan – ILMU LINGKUNGAN UNS. [online] Il.mipa.uns.ac.id. Available at: <https://il.mipa.uns.ac.id/kebutuhan-air-berkelanjutan/> [Accessed 11 September 2021].

Iswara, M., 2021. Krisis Air Bersih Yang Kian Memburuk Saat Pandemi Menerjang. [online] tirto.id. Available at: <https://tirto.id/krisis-air-bersih-yang-kian-memburuk-saat-pandemi-menerjang-gcmz> [Accessed 28 August 2021].

Kadek, N., Lelono, B., & Arifin, S. (2010). Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Penentuan Dosis Tawas Pada Proses Koagulasi Sistem Pengolahan Air Bersih. Teknik Fisika. http://digilib.its.ac.id/

Mawardi. (2014). Air Dan Masa Depan Kehidupan. Tarjih: Jurnal Tarjih Dan Pengembangan Pemikiran Islam, 12(1), 131–141. https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/view/86/87

Mawardi, M., 2017. Krisis Air, Ketersediaan Pangan dan Kesehatan Masyarakat. [online] Available at: <https://kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id/berita-populer/2017/70-krisis-air-ketersediaan-pangan-dan-kesehatan-masyarakat.html> [Accessed 10 September 2021].

Rustan, F. R., Sriyani, R., & Talanipa, R. (2019). Analisis Pemakaian Air Bersih Rumah Tangga Warga Perumahan Bumi Mas Graha Asri Kota Kendari. Stabilita, 7(2), 151–160.

 Safitri, R., 2020. Ketahui Standar Baku Air Bersih di Rumah Anda – Adika Tirta Daya. [online] Adika Tirta Daya. Available at: <https://adikatirtadaya.co.id/ketahu-standar-baku-air-bersih-di-rumah-anda/> [Accessed 4 September 2021].