Food Loss & Food Waste: Ketika Makanan yang Terbuang Menjadi Masalah Bagi Lingkungan

Food Loss & Food Waste: Ketika Makanan yang Terbuang Menjadi Masalah Bagi Lingkungan

Nampaknya perilaku membuang atau menyisakan makanan masih sering dilakukan bahkan dianggap sebagai suatu hal yang sepele bagi banyak orang. Padahal semasa kecil sebagian besar orang tua kita pernah memberikan nasihat agar tidak membuang-buang makanan. “Jangan menyisakan nasi, nanti nasinya nangis lho,” ungkapan semacam itu mungkin salah satu yang pernah kita dengar. Alasan orang tua memberikan nasihat seperti itu biasanya karena tindakan membuang makanan mencerminkan perilaku tidak bersyukur, sebab di luar sana masih banyak orang yang merasa kelaparan karena kesulitan untuk mendapatkan makanan. Akan tetapi, sebenarnya terdapat alasan lain yang mengharuskan kita untuk tidak membuang makanan. Makanan yang terbuang akan menjadi limbah dan menjadi sebuah permasalahan serius yang harus kita hadapi karena dapat menimbulkan berbagai kerugian, salah satunya bagi lingkungan.

Food Loss & Food Waste

Mungkin kita lebih sering mendengar istilah food waste yang merujuk pada limbah makanan. Namun sebenarnya limbah makanan (food wastage) dikategorikan menjadi dua macam, yaitu food loss dan food waste. Food loss merupakan makanan yang mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh berbagai faktor selama prosesnya dalam rantai pasokan makanan sebelum menjadi produk akhir. Food loss biasanya terjadi pada tahap produksi, pasca panen, pemrosesan, hingga distribusi dalam rantai pasokan makanan. Misalnya saat hama menyerang tanaman atau cuaca buruk yang dapat merusak hasil panen. Kemudian ketika diangkut dalam proses distribusi, makanan juga bisa menjadi rusak sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

Sementara itu, food waste adalah makanan yang telah melewati rantai pasokan makanan hingga menjadi produk akhir, berkualitas baik, dan layak dikonsumsi, tetapi tetap tidak dikonsumsi dan dibuang. Makanan yang dibuang ini termasuk yang masih layak ataupun dibuang karena sudah rusak. Food waste biasanya terjadi pada tingkat ritel dan konsumen. Contohnya adalah makanan yang tersisa di piring dan makanan yang sudah kedaluwarsa.

Kondisi Food Waste & Food Loss

Jika ditinjau secara global, sebanyak 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahunnya. Ini berarti sekitar sepertiga dari semua makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia, dan menghasilkan sekitar 8% dari emisi gas rumah kaca dunia. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan (food loss dan food waste) terbesar di dunia, selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Menurut kajian Bappenas, sampah makanan yang terbuang di Indonesia pada 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram per kapita setiap tahunnya. Kemudian berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021, di antara semua jenis sampah yang dibuang, sampah sisa makanan menjadi komposisi sampah yang paling banyak yaitu sebesar 29,1 persen dari total sampah.

Dampak Negatif Food Loss & Food Waste

Setiap kali makanan terbuang, semua sumber daya yang digunakan untuk setiap langkah tersebut juga terbuang sia-sia. Misalnya, plastik yang digunakan sebagai kemasan sayuran beku yang dibuang. Atau, semua asap dan bahan bakar yang dikeluarkan saat buah dikirim dari suatu wilayah ke wilayah lain. Penggunaan non-produktif sumber daya alam seperti tanah dan air yang dihasilkan dari food loss dan food waste berdampak pada pengentasan kelaparan dan kemiskinan, gizi, peningkatan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Untuk produsen kecil, kerugian kuantitatif secara langsung mengakibatkan lebih sedikit makanan yang tersedia, yang berkontribusi pada kerawanan pangan. Dampak food loss dan food waste secara kualitatif dapat menyebabkan penurunan status gizi, sementara produk berkualitas rendah mungkin juga tidak aman karena efek buruknya pada kesehatan, kesejahteraan dan produktivitas konsumen.

Untuk setiap makanan yang terbuang, didalamnya juga terdapat biaya lingkungan yang harus dibayar. Misalnya, air selalu digunakan dalam setiap tahap proses produksi makanan. Saat ini, sekitar 70% dari sumber daya air tawar global yang tersedia digunakan untuk mengairi tanaman dan menghasilkan makanan. Pengemasan dan pengangkutan makanan juga membutuhkan air. Ketika membuang makanan, semua air itu juga terbuang sia-sia. Begitu juga air di dalam makanan yang terbuang misalnya buah yang mengandung air. Air yang terbuang tersebut setara dengan sekitar 170 triliun liter (atau 45 triliun galon) air per tahun. Menurut WHO, jumlah minimum air yang dibutuhkan setiap orang per hari adalah sekitar 15-20 liter. Jika sebagian kecil dari air yang terbuang dapat diselamatkan, hal tersebut sangat membantu dalam menyediakan air bagi orang-orang di seluruh dunia. Membuang-buang makanan artinya membuang begitu banyak air. Sehingga, jika digabungkan, dapat menutupi semua kebutuhan air rumah tangga dunia.

Food loss dan food waste juga sangat berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Saat membusuk di tempat pembuangan sampah, ia menghasilkan gas rumah kaca yang disebut metana, yang lebih berbahaya daripada CO₂. Gas rumah kaca juga dikeluarkan dalam produksi dan transportasi makanan. Emisi dari kendaraan yang mengangkut makanan menghasilkan CO₂. Kelebihan jumlah gas rumah kaca seperti metana, CO₂ dan CFC menyerap radiasi infra merah dan memanaskan atmosfer bumi, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Para ilmuwan percaya bahwa jika kita berhenti membuang makanan, kita dapat mencegah 11% emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sistem pangan.

Kita juga harus mengingat langkah-langkah yang telah dilakukan untuk menghasilkan makanan sejak awal. Misalnya, untuk membuat pabrik, harus membuka lahan. Pembukaan lahan dapat menghancurkan habitat satwa liar dan dapat mengurangi keanekaragaman hayati.

Solusi Mengatasi Food Loss & Food Waste

Bagi Produsen atau Pemasok

  • Peningkatan perencanaan produksi, selaras dengan pasar
  • Menyeimbangkan produksi dengan permintaan, yang berarti penggunaan sumber daya alam lebih sedikit untuk menghasilkan makanan
  • Lebih banyak upaya harus dilakukan untuk mengembangkan proses pemanenan, penyimpanan, pemrosesan, dan pendistribusian makanan yang lebih baik. Jika terjadi kelebihan pasokan, harus mengambil langkah untuk mendistribusikan kembali makanan atau mengirimkannya kepada orang-orang yang membutuhkan
  • Memiliki data yang akurat untuk melihat di titik mana biasa terjadi food loss dan food waste
  • Menerapkan inovasi misalnya dengan membuat platform e-commerce untuk pemasaran atau sistem pemrosesan makanan yang dapat ditarik
  • Pengemasan makanan yang lebih baik serta melonggarkan peraturan dan standar tentang persyaratan estetika untuk buah dan sayuran
  • Penggunaan peti selama pengangkutan telah mengurangi food loss dari sayuran dan buah-buahan hingga 87 persen. Di mana peti menggantikan kantong plastik sekali pakai, ini juga membawa manfaat lingkungan

Bagi Supermarket dan Toko Grosir

  • Supermarket dapat menurunkan harga makanan yang mungkin dianggap “tidak sempurna” atau “jelek”. Harus juga memperhatikan tanggal “best before” atau “baik digunakan sebelum” pada makanan yang dijual. Dengan begitu, makanan yang benar-benar enak tidak akan dibuang
  • Supermarket juga dapat menyumbangkan makanan yang tidak dijual
  • Mengidentifikasi dimana pemborosan terjadi
  • Jika memang harus dibuang, beberapa dapat diberikan untuk pakan ternak masyarakat setempat

Bagi Pemerintah

  • Insentif pemerintah untuk mendukung aksi mengurangi tingkat food loss dan food waste serta kolaborasi di seluruh rantai pasokan
  • Mengadakan pelatihan, mendukung teknologi dan inovasi, termasuk untuk produsen skala kecil
  • Memfasilitasi pengadaan bank makanan
  • Memfasilitasi akses petani ke konsumen dengan menjadikan rantai nilai yang lebih pendek melalui pasar petani

Bagi Sektor Swasta

Organisasi publik tidak dapat secara langsung mengurangi food loss dan food waste tetapi mereka sangat diperlukan dalam memfasilitasi tindakan dari sektor swasta melalui:

  • Penciptaan lingkungan yang mendukung kebijakan dan kelembagaan
  • Penciptaan iklim investasi yang menguntungkan serta memastikan bahwa semua pelaku rantai, termasuk perempuan dan produsen kecil, menerima bagian yang adil dari manfaat
  • Peningkatan kesadaran dan advokasi
  • Pengembangan kemitraan dan aliansi
  • Dukungan untuk produk dan proses inovatif
  • Pengembangan kapasitas di tingkat rantai pasokan dan kelembagaan

Bagi Konsumen

  • Memanfaatkan sisa makanan sebaik mungkin dengan membuat makanan baru untuk dimakan keesokan hari daripada membuangnya
  • Menyimpan makanan dengan benar supaya tidak mudah busuk
  • Merencanakan menu makanan dengan porsi yang sesuai kebutuhan supaya makanan tidak terbuang nantinya dan dapat menghemat uang. Kita bisa meminta porsi yang lebih kecil jika makan di restoran. Selain itu, kita juga harus mencoba mengubah pola makan kita menjadi pola makan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, dengan membatasi daging (memproduksi 1,9 pon daging melepaskan 28,6 pon CO₂, serta menggunakan sejumlah besar tanah dan air untuk produksinya)
  • Mengonsumsi susu serta menjadikan buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan sebagai makanan pokok
  • Memeriksa kulkas atau lemari penyimpanan sebelum pergi berbelanja dan mendaftar apa saja yang dibutuhkan untuk dibeli
  • Mengerti perbedaan tanggal expired (kedaluwarsa) dengan best before (baik digunakan sebelum). Tanggal best before (baik digunakan sebelum) hanyalah panduan kapan produk akan melewati masa terbaiknya sehingga tidak apa-apa untuk memakannya setelah tanggal, selama belum busuk, berjamur, berbau, berubah rasa, atau melewati tanggal kedaluwarsa (jika tertera)
  • Buah-buahan yang bentuknya salah atau “jelek” tidak selalu buruk dan masih bisa dibeli dan digunakan dalam masakan seperti sup
  • Membekukan makanan jika tidak dipakai segera, bahkan juga untuk susu. Di beberapa tempat, terutama negara berkembang, pendinginan tidak selalu praktis. Salah satu pilihannya adalah dengan mengeringkan makanan atau bisa juga menyimpannya dalam wadah penyimpanan tahan lembab
  • Terakhir, alih-alih membuang semua makanan makanan yang sudah tidak layak konsumsi, beberapa di antaranya dapat digunakan kembali sebagai pakan ternak. Kita juga bisa membantu tanah dengan membuat kompos dari sisa makanan daripada membuangnya

Berikut adalah cara penyimpanan makanan di kulkas supaya tetap segar, awet, dan tidak cepat busuk atau rusak:

Sumber: letstalkscience.ca

Referensi

Fao.org. 2015. Food and Agriculture Organization of the United Nations, SAVE FOOD: Global Initiative on Food Loss and Waste Reduction. [online] Available at: <http://www.fao.org/3/mb060e/mb060e00.pdf> [Accessed 27 April 2022].

Fao.org. 2020. FAO – News Article: Food loss and waste must be reduced for greater food security and environmental sustainability. [online] Available at: <https://www.fao.org/news/story/en/item/1310271/icode/> [Accessed 27 April 2022].

Gallant, M. .2018. Food Loss vs. Waste: What’s the difference?. [online] Available at: <https://guelphfoodwaste.com/2018/08/01/food-loss-vs-waste-whats-the-difference/> [Accessed 21 April 2022].

KLHK. 2021. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional 2021. [online] Available at: <https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/> [Accessed 21 April 2022].

Let’s Talk Science. 2019. The Environmental Impact of Wasted Food. [online] Available at: <https://letstalkscience.ca/educational-resources/stem-in-context/environmental-impact-wasted-food> [Accessed 27 April 2022].

Mazariegos, M., 2016. Food Loss and Waste and their Negative Impact on the Environment – Sostenibilidad. [online] Sostenibilidad. Available at: <https://blogs.iadb.org/sostenibilidad/en/food-loss-and-waste-and-their-negative-impact-on-the-environment/> [Accessed 27 April 2022].

Moveforhunger.org. n.d. The Environmental Impact of Food Waste | Move For Hunger. [online] Available at: <https://moveforhunger.org/the-environmental-impact-of-food-waste> [Accessed 27 April 2022].

Rizaty, M.A. 2021. Indonesia Kebanjiran Sampah Makanan. [online] Available at: <https://www.katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/61cd12d75181b/indonesia-kebanjiran-sampah-makanan> [Accessed 21 April 2022].

UNEP. 2022. Definition of food loss and waste | ThinkEatSave. [online] Available at: <https://www.unep.org/thinkeatsave/about/definition-food-loss-and-waste> [Accessed 21 April 2022].

Wasteless.zerowastescotland.org.uk. 2021. Food waste: The environmental impact. [online] Available at: <https://wasteless.zerowastescotland.org.uk/food-waste-environmental-impact> [Accessed 27 April 2022].

One Response

  1. Irene says:

    Wahh, informatif banget! Sukses terus Envihsa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *